Ditulis oleh: Sahabat Jang Itam
-----------------
Muhammad Dunir itulah nama lengkapnya. Sedari kuliah di IAIN Susqa, Dunir memang sudah aktif berbisnis. Naluri bisnisnya sangat kuat. Jang Itam dan kawan-kawan di IPMAKUSI memanggilnya BOS.
“Jika bos sudah datang, makan kami tidak terancam lagi,” ujar Jang Itam sapaan akrab Syariful Adnan sembari tersenyum.
Dunir dijuluki bos karena penampilannya selalu rapi, kulitnya putih bersih dengan mata sipit dan perut yang sedikit buncit. “Pokoknya seperti bos benaranlah seperti yang terlihat di film layar lebar dan sinetron,” tambah Jang Itam.
Sebagai bisnismen, Dunir bukanlah mau untung sendiri. Dia mengajak kawan-kawan seperjuangannya: Jang Itam, Apriadi alias Philip, Nardi T. Rusman alias Unat Tore berbisnis jual beli kelapa. Dibeli di Tembilahan, lalu dijual ke Jakarta. Setelah dipotong modal plus biaya sewa mobil truk fuso dan colt diesel, keuntungan mereka bagi rata.
Untuk memperlancar perjalanan bisnis kelapa “Riau – Jakarta” Dunir memberikan tugas khusus kepada Jang Itam yakni sebagai pengawal. Disepanjang perjalanan lintas timur Sumatra – Jawa banyak yang percaya Jang Itam adalah tentara benaran. Sebab, ia berpakaian ala tentara – kendati tanda pangkatnya tidak ada.
“Saya berpakaian Resimen Mahasiswa (Menwa) dan pakai pistol mainan,” ujar Jang Itam yang juga anggota Menwa di kampusnya IAIN Susqa.
Cerita Jang Itam, suatu ketika di perjalanan dari Jambi menuju Palembang mereka dihadang Bajing Loncat Ketika melihat ada “tentara” didalam mobil, bajing loncat itu lari kocar-kacir. “Dia (bajing loncat) itu tak tahu bahwa kami juga ketakutan,” cerita Jang Itam sembari tertawa terkekeh kekeh.
Dalam bisnis jual beli kelapa ini Dunir punya “dekingan” orang kampungnya yang seorang tentara yang bertugas di Jakarta. Karena itulah bisnisnya bisa berjalan lancar alias bebas hambatan. Namun sepandai-pandai tupai melompat “ilmu” Jang Itam tak selamanya mujarab.
Suatu ketika waktu mobil sewaan mereka kena razia gabungan di Pelabuhan Merak. Kali ini Jang Itam kena getahnya. Dia tak mampu menunjukkan identitas dirinya sehingga ditangkap karena dituduh anggota “BRIMOB GADUNGAN”.
Bukan Jang Itam namanya kalau tidak bisa mengelak. “Berkat pendekatan Bos Dunir, kami bisa lepas. Itulah enaknya punya bos kaya,” tambah Jang Itam.
Menut Jang Itam, keuntungan bisnis jual beli kelapa itu mereka gunakan ikut berjuang dalam pemekaran Kuantan Singingi. “Kami memang miskin, tapi dalam membantu perjuangan kami tak pernah ngemis.”
Dunir hanya menjalankan bisnis kelapa selama setahun. Setelah itu mereka mundur karena keuntungan yang didapat hanya cukup untuk makan. Mereka mencoba bisnis lain seperti jual beli tanah, perumahan, sepeda motor hingga mobil. Yang penting halal.
Selesai kuliah di IAIN Susqa, Dunir langsung banting stir terjun ke dunia politik. Pilihannya jatuh ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Partai ini pula yang mengantarkannya sebagai anggota DPRD Riau - Daerah Pemilihan Indragiri Hulu dan Kuantan Singingi 2009-2014.
Namun perjalanan di bidang politik tidak mulus. Tapi kecintaannya kepada PKB tak pernah pudar. Hingga kini Dunir tunak di PKB.
-----------------
PANJUL: Spesialis Pengantar Surat
Nuzul alias Panjul Kobet alias Panjul di IPMAKUSI pria kelahiran Kecamatan Kuantan Mudik merupakan “TUKANG”antar surat. Dia punya honda astrea star “KOMBET”yang siap mengantar surat undangan ke tokoh masyarakat Kuantan Singingi yang ada di Pekanbaru.
Astrea star “BM 5132 AA” warna hitam milik Panjul sangat berjasa dalam perjuangan pemekaran pembentukkan Kabupaten Kuantan Singingi. Panjul hapal luar kepala siapa yang menerima dan menolak surat undangan tersebut. Termasuk alamat rumah dan kantornya.
Jika surat undangan banyak – mereka berbagi tugas dengan Jang Itam, Dunir dan Unat Tore. Terkadang mereka minjam Honda Abu Bakar, Pegawai Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Indragiri Hulu yang bertugas di mess Indragiri Hulu di Gobah – Pekanbaru.
Menurut Panjul tak semua tokoh Kuantan Singingi di Pekanbaru yang mau menerima surat undangan tersebut. Ada yang menolak sembari mengeluarkan kalimat yang tak layak diucapkan.
Anehnya sekarang ketika kabupaten Kuantan Singingi berdiri, yang menolak surat undangan itu malah menjadi “pahlawan kesiangan” – seakan-akan dialah pejuang yang sesungguhnya. Padahal dulu nerima surat undangan tak mau. Alamak………
Usai menamatkan kuliahnya di IAIN Susqa Pekanbaru, Panjul memilih bekerja swasta. Tapi nasibnya sama. Dimanapun dia kerja “spesialis” sebagai pengantar suratlah profesi utamanya.
Panjul sempat berkerja di Yayasan Bandar Serai bergabung Drs. AL Azhar dan Drs. Syahril Abubakar di Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau.
Usai bergabung dengan LAM, Panjul kini menjadi sopir avanza jurusan Pekanbaru – Kuantan Singingi. Pekerjaan itu dilakoninya dengan senang hati demi istri dan anak-anak tercinta di rumah.
Ada cerita unik yang menggelikan Panjul_. Setiap HUT Kuantan Singingi, seringlah saya mengantar undangan dari Pekanbaru yang menghadiri acara HUT Kuantan Singingi itu di Telukkuantan. Dulu tak tampak batang hidungnya.
“Sekarang dia pula yang ngaku jadi pahlawan," ujar PK sembari menyebut nama orang tersebut. Tapi minta tak ditulis namanya. “Sebut saja, oknum,” tambahnya dengan nada getir.
-----------------
ONGAH: Pemburu Berita
Sipemburu berita – itulah julukan untuk Reflizar yang akrab disapa Ongah Lengkapnya ONGAH REPLIZAR ANAK MUDA DERMAWAN (A.Md).
Ia mendapat penugasan dari Redaktur Pelaksana (Redpel) Media Riau menulis berita tentang pemekaran daerah di Provinsi Riau, termasuk Kuantan Singini Singingi.
“Redpel saya pesan, sebelum dapat berita Kuantan Singingi jangan pulang ke kantor. Setiap hari saya menulis berita pemekaran Kuantan Singingi.” ujarnya seraya menyebutkan nama Redpel tersebut tapi minta tak dituliskan namanya.
Dengan Honda “Cup 70” warna merah kesayangannya, Ongah selalu siap menghadiri acara terkait dengan pemekaran Kuantan Singgingi.
Dan, perjalanan Ongah sebagai pemburu berita tak selamanya mulus. Suatu ketika ia salah tulis berita dan dimarahi Alm Akmal JS. Namun ia tetap santai dan tersenyum. “Biasalah, wartawan juga manusia. Tidak luput dari silap dan salah,” ujarnya tersenyum.
Ongah menamatkan SDN 004 Seberang Pantai pada 1982, SMP Negeri 1 Kuantan Mudik (1985), dan SMAN 1 Kuantan Mudik (1988). Kemudian melanjutkan Diploma III di Akademi Pariwisata Engku Puteri Hamidah jurusan Bina Wisata (1989-1993). Setelah tamat di akademi yang dibina Yayasan Engku Puteri Hamidah Pekanbaru, ia sempat kerja di Wisma Riau Pekanbaru (1994-1997).
Merasa ingin bebas, Ongah terjun total ke dunia jurnalistik. Ia bergabung dengan MEDIA RIAU (1997-2000) bersama Bastian asal Sentajo. Kemudian pindah ke RIAU MANDIRI (2000-2007), Tabloid Buser (2007-2008), LKBN Antara Riau (2009-2011), dan Harian Vokal (2011-2016).
Sebagai wartawan, pria kelahiran Seberang Pantai, Kecamatan Kuantan Mudik 28 Maret 1969 paling rajin meliput berita pemekaran Kuantan Singingi. Bahkan dalam setiap rapat di “Posko” pemekaran Kuantan Singingi di Kantor Kandep P dan K Kota Pekanbaru, Ongah tak pernah absen.
Akmal JS sering bergurau, kalau Ongah sudah hadir, rapat ini kita mulai. Ongah pun hanya tersenyum. Selesai rapat, Ongah terkadang diminta membaca doa. “Biar rapat ini berkah, kita minta Ongah baca doa,” ujar Akmal yang waktu itu menjabat Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pekanbaru.
Ketika ditanya siapa narasumber terkait pemekaran Kuantan Singingi, Ongah menyebut: Saya paling sering mewancarai Bapak Rustam S. Abrus, Samad Thaha, Abbas Jamil, Akmal JS dari kalangan tua. Dari kaum mudanya Mardianto Manan (kini anggota DPRD Riau) dan Apriadi Ketua IPMAKUSI.
Menikah dengan ASNIWATI, S.Pd - mantan pacar yang disebutnya Puteri Idola dari Desa Kinali, Kuantan Mudik pada 2000. Istrinya merupakan alumni FKIP UIR Jurusan Bahasa Indonesia. “Menjadi guru sejak 2001 di SMP Negeri 8 Jake, Kuantan Tengah. Sejak 2007 - sekarang mengajar di SMP Negeri 6 Kuantan Mudik.” jelasnya.
Sebagai wartawan pemburu berita, Ongah cinta mati dengan dunia jurnalistik ini. Ketika pembaca sudah banyak berpindah dari media cetak ke media online, Ongah juga ikut pindah.
Ongah pernah bergabung dengan “kuansingterkininews.com, kapurnews.com, dan Riau Terkini.com. Kini ia bergabung dengan media online: Lintas10.com. Riau24.com.
Ongah kini juga aktif di organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Kuantan Singingi.
Menurut Ongah, dunia jurnalistik memang sudah menjadi bagian dari kehidupannya. Sejak menggeluti dunia jurnalistik dimulai dari Media Campus tahun 1991 hingga kini sejumlah penghargaan jurnalistik sudah diraihnya.
Sebut saja: Juara Harapan III LKTJ Sempena HPN (2016) Tingkat Provinsi Riau, PWI Award (25 Tahun (2017), Juara Harapan II LKTJ HUT Kabupaten Kuantan Singingi (2021). Saat ini mengikuti LKTJ PWI Riau (Sempena PT RAPP).
Pekerjaan lainnya, “saya kini bertani,” ujarnya tersenyum. Ongah kini punya puluhan hektar kebun sawit.
Ongah kini bertekad membesarkan anak semata wayangnya Putra Muhammad Iqbal yang kini kuliah di FKIP UIR jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan untuk mengapai cita-citanya.
“Anak saya mengikuti jejak ibunya jadi Cik Gu. Dia tak berminat meneruskan pekerjaan saya di dunia jurnalistik,” ujar Ongah Mengakhiri