Penulis: Sahabat Jang Itam
Perjuangan mahasiswa sebelum dan pasca pemekaran Kuantan Singingi tak bisa dilepaskan dari sosok Apriadi. Ia adalah Ketua Ikatan Pemuda Mahasiswa Kuantan Singingi (IPMAKUSI) Pekanbaru pertama tahun 1999.
Apriadi lahir di Desa Banjar Kecamatan Benai pada 2 Januari 1974. Philip sapaan akrabnya merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Zainul Abidin dan Yusda Anida.
Setelah menamatkan SMA Negeri 5 Pekanbaru tahun 1993, Apriadi melanjutkan pendidikan ke Fakultas Pertanian Unri: Jurusan Agronomi (1993 - 1999).
Selama mengikuti perkuliahan Apriadi aktif dalam dunia pergerakan seperti Senat Mahasiswa UNRI. Ia ikut melakukan sejumlah aksi/perjuangan menumbangkan pemerintahan Orde Baru tahun 1998.
Apriadi terpilih sebagai ketua IPMAKUSI Pekanbaru pertama setelah menumbangkan alumnus Universitas Gadja Mada (UGM) Yogyakarta Mardianto Manan.
Kekalahan Mardianto menjadi berita hangat waktu itu. Urdianto Paboun dari media Pekanbaru Pos/Mingguan Utusan menulis berita: _Mahasiswa UNRI Tumbangkan Alumni UGM. Sedangkan Reflizar dan Bastian dari Media Riau menulis: “Pulang Kampung, Alumni UGM di-KO kan Mahasiswa UNRI." Heboh…..
Bersama Organisasi IPMAKUSI, Apriadi ikut berjuang dalam pemekaran Kuantan Singingi sebagai kabupaten. Kendati namanya kini Terlupa atau Dilupakan dalam setiap HUT Kabupaten Kuantan Singingi, namun sahabatnya mengenang Apriadi adalah mahasiswa yang gigih ikut memperjuangkan pemekaran Kuantan Singingi.
Apriadi juga ikut menggerakan aksi demo bersama masyarakat kepada perusahaaan yang menyerobot tanah ulayat di kampung halamannya (Kuantan Singingi). Seperti PT Duta Palma Nusantara di Benai, PT TBS di Kecamatan Kuantan Mudik, dan lainnya.
Selama kuliah Apriadi juga ikut jualan kelapa bersama rekannya: Syariful Adnan alias Jang Itam dan M. Dunir (IAIN Susqa), dan Nardi T Rusman (UIR). Kelapa mereka beli di Tembilahan dan dijual di Jakarta.
Setamat kuliah di UNRI, Apriadi berkerja di sekretariat kantor DPRD Kuantan Singingi pada 2000. Tiga tahun bekerja ia mengundurkan diri tahun 2003. Kemudian ia terjun ke partai politik tahun 2003 bergabung dengan Partai Patriot (PP).
Pada 2005 -2010 ia bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Bersama sahabatnya seperjuangan di
IPMAKUSI, Sardiyono, A,Md iamfitriana ikut membesarkan PPP di Kuantan Singingi, Dari PPP, ia meloncak ke Partai Demokrat
Selama terjun di dunia politik, Apriadi 3 (tiga) kali mencalonkan diri menjadi calon legislatif (caleg) selalu gagal. Ikut caleg dari PP, PPP, dan Partai Demokrat untuk DPRD Kuantan Singingi dari Daerah Pemilihan Kuantan 1: Kuantan Tengah, Sentajo Raya, dan Benai.
Apriadi juga aktif di organisasi kepemudaan dan olahraga seperti Pemuda Pancasila, Komite Nasional Pemuda Indonesia, dan Komite Olahraga Nasinonal Indonesia di Kabupaten Kuantan Singingi.
Setelah gagal jadi anggota legislatif, Apriadi benting stir menekuni jual beli ternak: kerbau, sapi, dan kambing. Ternak tersebut dibeli kepada masyarakat lalu dijual ke pasaran. Ada juga yang diternakannya.
Apriadi meninggal dunia di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru 2015 karena penyakit Leukemia yang dideritanya selama 4 bulan sebelum ajal menjemputnya. Di kebumikan di Kampung Baru Sentajo. Kecamatan Sentajo Raya.
Jika ada penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi terhadap pejuang pemekaran Kuantan Singingi, Apariadi salah seorang yang layak mendapatkan itu.
IPMAKUSI yang didirikan bersama sejumlah aktivis mahasiswa asal Kuantan Singingi yang dulu bergabung dengan Kesatuan Mahasiswa Pelajar Indragiri Hulu, nasibnya kini antara ada dan Tiada.
Entah kenapa suara IPMAKUSI sekarang nyaris tidak terdengar mengkritisi pemerintah. Kabar terakhir terdengar, pengurus baru IPMAKUSI sudah terbentuk
Kapan Dilantik, mungkin nunggu hujan turun dari langit. Bisa esok, lusa, atau di lain waktu, hanya mereka (pengurus baru) yang tau.
-----------------
Helda: Bisnis Rumahan
Helda Yurismi disebut “wanita besi” di IPMAKUSI. Dia termasuk wanita paling berani jika sudah mengikuti aksi demo.
Diantara ratusan mahasiswa Indragi Hulu (Inhu yang tergabung dalam Aliansi Roformasi Inhu (ARI) berunjukrasa ke kantor DPRD Inhu tahun 1998, hanya beberapa orang saja mahasiswi (perempuan) yang ikut. Helda satu di antaranya.
Yang lain…? Cap lonceng atau lelaki semua.
Usai menamatkan kuliahnya di Unri Pekanbaru, Helda bekerja di PT RAPP dan dapat jodoh orang Aceh. Setelah beberapa tahun bekerja di perusahaan kertas terbesar di Asia itu, Helda mengundurkan diri dan pindah ke Pekanbaru.
Di Pekanbaru Helda bergabung dengan Ikatan Mondek-mondek Kuantan Singingi (IMMK). Di mana ada kegiatan IMMK di situ pasti ada Helda.
Dan Helda juga sebagai salah seorang Pengurus IKKS Pekanbaru, Bidang Pemberdayaan Perempuan, Keluarga dan Anak
Kini disela kesibukannya, Helda membuka bisnis rumahan. Ia tunak dengan bisnis barunya itu dengan alasan ingin memberikan ruang untuk diri sendiri dan menikmati proses.
Saat ini kata Helda yang terpenting selalu berbuat baik, menjaga silaturahim, dan mencari ridha Allah. “Masa kita tidak akan lama lagi. Ya Allah, semua ciptaan-Nya akan kembali kepada-Nya,” katanya tersenyum.
-----------------
Herman Susilo: Pilih Jadi PNS
Diantara pentolan IPMAKUSI Herman Susilo mungkin satu-satunya yang memilih karier sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) - kini Aparatur Sipil Negara (ASN).
“Si lesung pipi” yang masuk Unri jurusan Ilmu Pemerintahan ini tahun 1996 memang sudah terkenal sebagai aktivis di Fakultas Sosial dan Ilmu Politik. Waktu jadi aktivis di Unri, demo adalah “makanannya” sehari-hari.
IPMAKUSI memberikan kepercayaan kepadanya sebagai Sekretaris Umum_l mendampingi Apriadi alias Philip (Ketua) dan Fadhilawati alias Butet (Bendahara).
Ketika pemekaran Kuantan Singingi, Silo sapaan akrabnya tergolong super sibuk. Bersama dengan Apriadi dan Fadhilawati, ia sibuk mengorganisasi mahasiswa asal Kuantan Singingi mendukung pemekaran.
Di mata kawan-kawan seperjuangannya di IPMAKUSI, Silo juga dikenal seorang konseptor ulung. Ia jago membuat surat maupun proposal untuk segala bentuk kegiatan.
Inilah yang membuat rekan seperjuangannya jang Itam sering usil dengan dirinya. Misalnya proposal kegiatan perahu bagandung di Lubuk Jambi yang dibuat Silo tiba-tiba raib. Ada yang mengambilnya diam-diam dan mengantarkan ke perusahaan minta sumbangan dana.
Silo tentu kehilangan akal mencarinya. Namun ibarat kata pepatah sepandai-pandai tupai meloncat akan jatuh jua. Akhirnya Jang Itam tertangkap tangan “mencuri” ketika proposal itu mau dicairkan.
“Silo yang buat, diam-diam Jang Itam yang mengantarkan, ada pula kawan yang mencairkannya,” ujar Budi Pulau Dore mengenang masa lalu yang lucu itu.
“Lalu siapa orang yang mencairkan proposal itu?”
Budi hanya menjawab singkat. Yang berlalu biarkanlah berlalu. “Orangnya senior kami juga. Dia hanya ingin memberikan “pelajaran” sama Jang Itam bahwa perbuatannya tak elok seperti itu,” ujarnya tersenyum.
“Lalu untuk apa dana proposal yang sudah cair itu digunakan?”
Budi hanya mengatakan disinilah pokok persoalannya, “dana cair kegiatan tak jadi, hahahaha.”
Usai menamatkan kuliah di Unri, Silo ikut tes di Kuantan Singingi. Namun, ketika pertama ikut tes nasibnya sama dengan rekannya seperjuangan di IPMAKUSI: Tidak Lulus.
Ketika ada penerimaan calon anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kuantan Singingi tahun 2003. Ia lulus bersama Lima orang komisioner KPU lainnya.
Namun ketika ada penerimaan CPNS tahun 2005, Silo iseng-iseng coba ikut lagi. Ternyata kali ini ia lulus lalu berhenti sebagai anggota KPU.
Kariernya sebagai PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi pertama mulus. Ia pernah menjadi Camat Pucuk Rantau dan Sentajo Raya, Kepala Bagian (Kabag) Umum di Sekretariat Daerah Kabupaten Kuantan Singingi.
Selang beberapa tahun menjabat sebagai Kabag Umum, entah mengapa, tiba-tiba Silo mundur dari jabatan itu. Setelah ia mundur, fenomena mundurnya ASN berlanjut.
Almadi mundur dari sebagai Plt. Sekretaris DPRD, HM Refendi Zukman juga mundur dari penunjukkannya sebagai Plt Sekretaris DPRD. Adry Setiawan mundur dari Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Dinas Pendidikan dan Pemuda Olahraga.
Ada yang mundur karena alasan kesehatan, adapula alasan lain. Yang bersangkutan yang paling tahu apa alasannya.
Rekan seperjuangan di IPMAKUSI Arisandi menyebut Silo kini sibuk dengan aktivitas barunya berkebun. Selain PNS, Silo punya kebun sawit yang luas.
“Dia sudah tenggelam disitu. Keinginannya untuk menjadi pejabat mungkin sudah sirna,” ujar Sandi mengenang sahabatnya itu.
Menurut Sandi, Silo mungkin masih punya ambisi untuk mengisi jabatan eselon. Namun, ia bukanlah seorang yang ambisius.