Nasib Pentolan IPMAKUSI (7), Bastian: Wartawan "Spesialis" Pemekaran

Nasib Pentolan IPMAKUSI (7), Bastian: Wartawan
Pentolan Ikatan Pemuda Mahasiswa Kuansing Pekanbaru (7)

Ditulis oleh: Sahabat Jang Itam
------------

Kuansing- Waktu pemekaran Kabupaten/Kota di Provinsi Riau, Bastian termasuk wartawan  yang rajin “memburu” pemberitaan tentang pemekaran.  Liputannya di Kantor Gubernur Riau. Setiap ada konperensi pers tentang pemekaran daerah di Riau, dia selalu hadir.

Berita yang diturunkannya selalu eksklusif dan terbit di halaman 1 Harian Media Riau tempatnya bekerja. Eksklusif karena narasumbernya orang “penting” dan “berkompeten” di lingkungan Pemda Tk. I Riau. Sebut saja  Gubernur Riau H. Saleh Djasit, S.H, Wakil Gubernur Riau Drs. H. Rustam S. Abrus, dan Kapala Biro Humas Drs. Nazief Soesila Dharma.

Pimpinan Redaksi Media Riau El Wahyudi Pangabean memberikan tugas khusus kepadanya untuk meliput berita delapan daerah yang akan dimekarkan di Riau. Yakni enam kabupaten: Rokan Hulu, Rokan Hilir,  Palalawan,  Siak, Natuna, Karimun dan dua kota: Dumai dan Batam.  

Kini Natuna, Batam, dan Karimun bergabung dengan Provinsi Kepulauan Riau yang dibentuk berdasarkan UU No. 25 Tahun 2002 tentang Pembentukkan Provinsi Kepulauan Riau dengan ibukota Tanjung pinang.    

Wahyudi meminta Bastian menyampaikan penulisan berita tentang pemekaran  yang seimbang di medianya. Tapi sebagai putra asal Kuantan Singingi tetap saja  pemberitaan tentang pemekaran Kuantan Singingi tetap lebih menonjol dibandingkan berita daerah pemekaran lainnya.  

“Ya mau apa lagi…. Sebagai putra Daerah saya  punya kewajiban moral untuk memberitakan pemekaran  Kuantan Singingi dibandingkan daerah pemekaran lainnya,” ujar alumni FKIP UNRI Program  Studi Pendidikan Sejarah ini.

Dari Media Riau bersama Ongah asal  Lubuk Jambi, Kuantan Mudik, mereka pindah ke Riau Mandiri yang didirikan  Bazrizal Koto. Setelah itu ia mengelola media online: kampurnews.com. Kini setelah menekuni dunia jurnalistik selama puluhan tahun, ia pindah profesi ke dunia swasta.
-----------------

Urdianto: Pencetus Nama Kuansing

Siapakah wartawan yang pertama kali yang menulis nama KUANSING dimedia cetak. Pasti banyak yang tidak tau atau ada pula yang mengaku-ngaku.

Jawabannya adalah wartawan asal Kecamatan Kuantan Mudik.  Namanya Urdianto. Karena dilahirkan di Desa PABOUN namanya ditambah jadi Urdianto Paboun.

Saat perjuangan pemekaran Kabupaten Kuantan Singingi banyak banyak wartawan yang menulis menyingkat nama Kuantan Singingi di media cetak tempat mereka berkerja. Wartawan senior di Teluk Kuantan Said Mustafa Husein yang akrab disapa BUYUNG TIMADIDJA menulis Kunsi Ada juga yang menulis KS.

Penyingkatan nama itu juga untuk daerah calon pemekaran lain seperti Rokan Hulu dengan sebutan ROHUL dan Rokan Hilir dengan singkatan ROHIL. Sementara Palalawan, Siak, Dumai, Natuna, Karimun, dan Batam sesuai dengan namanya karena hanya satu kalimat.

Urdianto Paboun adalah saksi sejarah perjuangan  mahasiswa asal Kuantan Singingi pada saat reformasi bergulir. Hampir setiap hari berita  tentang Kuantan Singingi dimuat dimedia tempat ia bekerja Harian PEKANBARU POS dan Mingguan UTUSAN.

Ada yang protes ketika Urdianto menyingkat Kuantan Singingi dengan Kuansing.  Namun, ia tak peduli. “Kalau tidak mau disingkat buat saja nama  Kabupaten Kuantan atau nama lain yang lebih mudah diingat, dibaca, dipahami, dan disosialisasikan kepada masyarakat,” ujarnya.

Hanya Buyung Timadidja yang sering melakukan argument bahwa singkatan Kuansing itu tak bermakna. Lain halnya dengan “Kunsi” yang merupakan nama  koperasi sejak zaman penjajahan Belanda.

Namun argumen Bang Buyung panggilan akrab pengelola media online: kuansingkita.com ini berhasil “dipatah” oleh  Urdianto. Sebab,  nama Kuansing itu dibaca setiap hari – sementara nama  Kunsi hanya dibaca seminggu sekali kerena Bang Buyung kerja dimedia mingguan terbitan Pekanbaru.

Terlepas dari kedua singkatan tersebut dan makna apa yang ada dibaliknya tak perlu diperdebatkan.  Saat ini orang kenal  KUANTAN SINGINGI itu ya…  KUANSING, bukan KUNSI atau KS.

Namun sebaiknya dalam penulisan itu  nama Kuantan Singingi hendaknya jangan disingkat dengan Kuansing. Terkecuali jika nama Kuansing sudah ditetapkan sebagai Branding oleh pemerintah daerah  setempat.

Urdianto Paboun dari Pekanbaru Pos/Mingguan Utusan, Reflizar dan Bastian dari Media Riau adalah wartawan media cetak asal Kuantan Singingi yang rajin menulis perjuangan pemekaran Kuantan Singingi di media tempat mereka bekerja.  Tanpa mereka masyarakat tidak akan tau bagaimana cerita di balik perjuangan  pemekaran Kuantan Singingi yang sebenarnya.

Sementara untuk kalangan terbatas Ikatan Pemuda Pelajar Pangean (IPPERPA) Pekanbaru juga menulis berita-berita seputar pemekaran Kuantan Singingi  di  Buletin ELANG PULAI yang dipimpin oleh Marwan.

Mahasiswa Fakultas Pertanian UIR ini dikenal dengan puisinya berjudul Ruchiyat Saefuddin. Media ini tersebar dikalangan keluarga besar Pangean baik di kampung halaman maupun di perantauan: Jakarta, Solo,  Pekanbaru, Yogyakarta bahkan sampai ke luar negeri seperti Amerika dan Malaysia.

Salah satu ciri yang menonjol dari Urdianto ketika melakukan liputan adalah tas ransel dengan kamera jinjingnya yang mendunia itu. Selain itu juga ketaatannya dalam menjalankan ibadah. Dari dulu hingga sekarang shalat lima waktunya terjaga alias jarang tertunda. Sesibuk apapun melakukan liputan, ia tak pernah meninggalkan shalatnya.

Kini diusianya yang sudah kepala “6”  Urdianto diberikan kepercayaan sebagai tenaga ahli Bupati Kuantan Singingi Bidang Media dan Publikasi “Saya tak pernah pensiun bekerja didunia yang sebenarnya sudah saya geluti sejak  bangku kuliah. Total sudah hampir 40 Tahun saya bekerja di dunia jurnalistik ini,” ujar alumni UIR yang kini juga bergiat sebagai pendakwah.
-----------------
Gepeng: Mahasiswa Paling Aneh

Nama lengkapnya MUSFARE KARYUS. Tapi lebih dikenal dengan panggilan GEPENG. Ada cerita  unik di balik panggilan Gepeng ini. Sesuai dengan namanya Gepeng, tubuhnya memang tergolong kurus dan tinggi langsing. Tapi bukan berarti ia kurang gizi atau kena penyakit busung lapar.

Ketika bergabung dengan Kesatuan Mahasiswa Pelajar Inhu (KMPI),  sapaannya adalah FARE alias ADEK. Namun sapaannya berubah suatu ketika ada “oknum”  pegawai Kantor Walikotamadya Tk. II Pekanbaru bernama Said Nurjaya yang akrab disapa Gepeng tiba-tiba menyerang mahasiswa yang  “menduduki” WISMA NARASINGA.  

Tanpa pasal Gepeng yang berasal dari Rengat ini menyuruh  mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Reformasi Indragri Hulu (ARI) keluar dari Wisma Narasinga. Tentu saja mahasiswa ngotot tak mau keluar sebelum tuntutan mereka dikabulkan.

Mendengar ada keributan, tiba-tiba Musfare Karyus  keluar dari persembunyiannya kamar utama No 1.   Gepeng terkejut melihat ada yang mirif dengan dirinya. Semua mahasiswa tak bisa menahan tawa. Gepeng dengan Musfare  Karyus ibarat pinang dibelah dua.  Mirip....

Kemiripan mereka terlihat dari postur tubuhnya sama-sama kurus. Berkulit sama-sama putih. Gaya berjalan dan melenggang tangan pun membelit ke belakang. Kayaknya seperti saudara kembar yang sudah lama tak bersua.

Gepeng asli melihat ada “kembarannya” tinggal di Wisma Narasinga pun tertawa terpingkal-pingkal. Maksud Gepeng hati nak marah malah ketawa terbahak-bahak.  Dan ketika Gepeng “asli” pulang,  sejak itulah sapaan  Musfare Karyus  berubah menjadi  "Gepeng."

Adalah Jang Itam  yang memproklamirkan nama Gepeng ini kepada sahabatnya itu. Dan sapaan Gepeng itu lengket sampai sekarang. Jang Itam adalah sahabat sekaligus musuh Gepeng dalam merebut cinta SARINAM kendati mereka sama-sama berasal dari PANGEAN.

Sebagai aktivis,  Gepeng tergolong mahasiswa yang sedikit aneh tapi nyata. Ketika itu di Wisma Narasinga ada pepaya yang sedang berbuah. Buah pepaya itu sering hilang. Tak ada satupun penghuni di Wisma Narasinga  yang mengaku melakukan pencurian. Semuanya bungkam, termasuk Gepeng.

Diam-diam Jang Itam melakukan pengintaian dan jebakan. Buah pepaya yang sudah matang diolesinya dengan minyak plangkin aspal berwana hitam.  Lalu buah pepaya itu dibungkus dengan plastik. Siapapun yang  mengambilnya pasti tangannya kena getah plangkin aspal tersebut.

Di sitiulah ketahuan, Gepeng yang lugu tapi laju ini tertangkap tangan melakukan aksi pencurian buah pepaya itu.

“Hanya sekedar untuk menambal perut yang kelaparan saja,” katanya tertawa memberi alasan.

Gepeng termasuk mahasiswa abadi. Masuk Fakultas Ekonomi UIR tahun 1992 selesai tahun 2002. Ketika  mau diwisuda Nat Thore dan Jang Itam memberinya “kado istimewa” yang diletak persis  di depan kamar tidurnya.  

Ketika Gepeng keluar kamar betapa terkejutnya ia membaca tulisan di papan bunga.  Isinya menggelitik tapi juga memantik amarah. ”SELAMAT WISUDA MUSFARE GEPENGKY. FAK. EKONOMI UIR. MASA STUDI 1 DEKADE (1992 - 2002).”

Gepeng merasa tersendir lalu menendang papan  bunga tersebut. Ia pergi tanpa kabar. “Itulah Gepeng menyelesaikan masa studi selama 10 tahun,” ujar Nath Tore tersenyum geli.

Usai kuliah di UIR, Gepeng yang kini masih betah  membujang diusianya yang menginjak kepala "5" ini mencoba jadi kontraktor. Setelah itu ia pulang kampung halamannya jualan barang harian.  

Gepeng juga sempat  ngampas pakai mobil Jimny.  "Orang ngampas dengan pick-up, Gepeng pakai Jimny,” ujar Nath Tore.

Merasa gagal jadi pengusaha,  Gepeng merantau ke Batam dan mengganti namanya dengan JACK PANIARAM.  Di kota industri itu  ternyata  keberutungan tak berpihak kepadanya. Kini ia pulang ke kampung halamannya Pangian sambil  menunggu  jodoh yang tak kunjung datang.

Dulu Gepeng pernah berjanji akan menikah setelah Kuantan Singingi jadi Kabupaten. Kini sudah 23 tahun  Kuantan Singingi berdiri janjinya juga belum ditepatinya.

Gepeng-gepeng….. kita doakan cepat dapat jodoh

Berita Lainnya

Index