Penulis: Sahabat Jang Itam
Syariful Adnan yang akrab disapa Jang Itam adalah bintang dari segala bintang di Ipmakusi Pekanbaru. Lucu, menggemaskan, dan “play boy” ini mengaku mirip dengan actor Ongky Alexander. Kisahnya tidak akan habis dikuliti.
Selalu berpenampilan rapi. Penyuka kaus singlet merek crocodile, celana pendek cadorai, celana jean, minyak rambut santalia, dan baju kaus “Play Boy” paling terkenal di asrama.
Alm Akmal JS paling percaya kepadanya. Dijuluki, pengantar undangan paling setia. Dimana kantor dan rumah “pejuang” pemekaran Kuantan Singingi di Pekanbaru dihapalnya luar kepala.
Selama kuliah dia juga aktivis. Pemain bola paling ngetop yang dijuluki Maradona. Ketika kiriman orang tuanya sudah minim, dia berupaya hidup mandiri. Saking susahnya hidup di asrama ketika itu bersama empat serangkai: M. Dunir, Philip, Nardi T Rusman mereka “terpaksa” banting stir.
Mereka jualan kelapa. Dibeli dari Rumbai Jaya Sungai Gantang Kempas Jaya, Tempuling, Indragirihilir. Dibeli Rp 500 perbuah lalu di Jakarta dijual Rp 5000 perbuah.
“Dipotong ongkos kirim Rp 1500 perbuah sampai ke Jakarta, kami untung Rp 3000 perbuah. Pokoknya kami untung 50 persen," ujar Jang Itam.
Tak tanggung-tanggung setiap berangkat ke Jakarta mereka menyewa dua bus sekaligus setiap keberangkatan: colt diesel dan fuso. Lama perjalanan dari lokasi ke Jakarta tiga hari.
“Saya dan Nardi yang berangkat ke Jakarta. Sopir kami namanya Ucok. Orangnya ganteng, pelawak. Logat Bataknya kental sekali,” ujarnya tersenyum simpul.
Sesampai di Jakarta, mereka membawa kelapa itu ke Komplek Kodam Cililitan Keramat Jati Pasar Induk dan Taman Mini Indonesia Indah. Selama setahun mereka jualan kelapa itu. Namun, mereka berhenti.“Untung banyak, duik tak nampak do.”
Perjalanan ke Jakarta tak selama mulus. Suatu ketika di Pelabuhan Merak, mereka ditangkap polisi. Bukan Jang Itam namanya kalau tak pandai mengelak. Bermodalkan pakaian Menwa dengan percaya diri, dia ngaku anggota Brimob tugas di Pekanbaru. Tapi ketika dicek, dia tak mampu menunjukkan identitas dirinya.
Saya disebut “Brimob Gadungan”. Padahal selama balik kampung, keluar masuk perusahaan bermodalkan pakaian loreng Menwa saya bebas hambatan. Termasuk waktu pulang kampung ke Pangian. Saya waktu itu lagi sial…. Hahahahaha,” katanya mengingat nostalgia itu.
Selesai menamatkan kuliahnya Fakultas Syariah Jurusan Peradilan Agama IAIN Susqa Pekanbaru, Jang Itam bekerja sebagai wiraswasta. Pernah menjadi kontraktor alat berat dan pekerjaan lainnya.
Kemudian pada 2009-2014, Jang Itam menjadi anggota KPU Kabupaten Palalawan. Selanjutnya 2015-2020 dipercaya menjadi Dirut Operasional Bidang Perkebunan BUMD Kabupaten Palalawan.
Selain terjun ke dunia Partai Politik kini, Jang Itam kembali kedunianya sebagai Kontraktor dan pengusaha angkutan bus karyawan PT RAPP. Dia juga punya ratusan hektar kebun sawit.
Setiap HUT Kuantan Singingi dan Pacu Jalur, Jang Itam terlihat disorot kemera, “Ada apa, Jang?” saya diundang dalam kapasitas saya sebagai Ketua Ikatan Keluarga Kuantan Singgingi (IKKS) Kabupaten Palalawan. Sudah dua periode saya jadi Ketua IKKS di Palalawan..” ujarnya mengelak.
“Betul tak ni, Jang?”
“Kali ini betul,”
“Yang kemarin?”
Kendati telah berhasil di negeri orang, Jang Itam selalu pulang kampung. Setiap melintas di Telukkuantan, ia selalu ingat pekerjaannya dulu sebagai pengantar surat tidak sia-sia. Alhamdulillah, katanya.
Namun tertumpang sebuah harapan. Mahasiswa dulu yang ikut perjuangan pemekaran Kuantan Singingi diperhatikan juga. Jangan sampai ada istilah habis manis, sampah dibuang.
Jang, sudahlah….. masa lalu ya masa lalu.
-----------------
Butet: Pemilik Showroom
Fadhilahwati, S.E., akrab disapa Butet adalah Bendahara Umum Ikatan Pemuda Mahasiswa Kuantan Singingi (IPMKUSI) Pekanbaru pertama. Bersama Apriadi (Ketua Umum) dan Herman Susilo (Sekretaris Umum), mereka ikut bertungkus lumus membantu perjuangan pemekaran Kabupaten Kuantan Singingi.
“Terlalu sulit dilupakan, Butet. Banyak kenangan indah kala itu,” ujar selesung pipi “Herman Susilo.”
“Itu masa lalu,” tambah Silo yang pernah menjadi anggota KPU Kuantan Singingi, Camat Sentajo Raya, dan Kepala Bagian Humas dan Protokol Setretaris Daerah Kabupaten Kuantan Singingi.
Sebagai bendahara di Ipmakusi, Butet termasuk paling cerewet. “Jabatan bendahara, duik ndak ado do,” ujarnya dengan suaranya yang khas.
Tamat kuliah dan meraih gelar Sarjana Ekonomi tahun 2001, Butet langsung “banting”stir.
Bersama suami tercinta, wanita pemberani kelahiran Desa Kampung Baru Sentajo, Kecamatan Sentajo Raya ini jualan barang harian di Pasar Pagi Arengka, Pekanbaru.
Butet bergabung dengan “inang-inang”di Pasar Pagi Arengka jualan beraneka jenis kebutuhan sehari-hari.
Selama lima tahun peraih gelar Sarjana Ekonomi (SE) dari Jurusan Ilmu Ekonomi Sosial Pembangunan Fakultas Ekonomi Unri “jualan” barang harian bersama suami tercinta.
Usahanya terus menanjak. Seiring perjalanan waktu, kini Butet sudah memilki showroom mobil di Jalan Soekarno-Hatta No 23-24 Pekanbaru. Namanya Showroom: Rezky Pratama Auto Mobil
Sukarmis yang dulu pernah didemonya bersama mahasiswa asal Kuantan Singingi memuji kegigihan Butet dalam berjuang. Padahal, dulu Butet adalah “musuh” utama Sukarmis.
Menggunakan dua bus pada tahun 2001 mereka melakukan aksi demo ke kantor DPRD Kuantan Singingi. Mereka minta pemilihan Bupati Kuantan Singingi yang dimenangkan pasangan Drs. Rusjdi S. Abrus dan Drs. Asrul Ja’afar itu diulang kembali.
Banyak laporan dari masyarakat, pemilihan yang masih dilakukan anggota DPRD disebut penuh kecurangan.
Butet dengan suara lantang ikut menggugat pemilihan itu. Bahkan bersama dengan Dedi Arisandi dan peserta aksi demo mereka menggugat hasil pemilihan itu ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
Sukarmis selaku Ketua DPRD Kabupaten Kuantan Singingi terkejut. Pasalnya di antara puluhan mahasiswa ada orang kampungnya (Sentajo) ikut dalam demo itu. Perempuan lagi.
Sukarmis menatap Butet “Sang bintang demo” ketika itu. Yang ditatap tak bergeming. Dia cuek saja. Usai demo barulah mereka bersalaman.
Tahun 2011, ketika sudah punya dua orang anak, Butet mencoba ikut tes di Kabupaten Kuantan Singingi. Larangan suaminya tak dihiraukannya. “Perasaan awak namo awak nan kaluar, rupoo dilimpik urang namo awak,”kenang Butet.
Butet kini sudah dihidup mapan….. Impiannya di kabupaten yang dulu ikut diperjuangkannya kini tinggal kenangan. “Umur sudah tua …. hahahaha.” Katanya tersenyum sambil berlalu.
-----------------
Sardiyono: Wakil Rakyat
Sardiyono. Putra kelahiran Desa Teberau Panjang termasuk alumni Ipmakusi yang berhasil. Pria bertubuh mungil dan berpostur pendek ini punya pendirian kukuh dan keras kepala. Tapi, dia paling konsisten, percaya diri dan berani.
Usai menamatkan pendidikannya di Akademi Teknologi Muhammadiyah (ATOM) Pekanbaru memilih terjun ke dunia politik. Pilihannya jatuh ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Di Partai PPP tersebut, Sardiyono pernah menjadi Ketua DPD PPP Kuantan Singingi yang mengantarkannya menjadi anggota DPRD Kuantan Singingi selama tiga periode. Kini dia duduk sebagai anggota DPRD Riau.
Darah politik dalam diri Sardiyono mengalir dari pamannya, Drs. Mursini, M.Si yang pernah tercatat sebagai anggota DPRD Riau dan Bupati Kuantan Singingi. Sebagai anggota DPRD Riau, Sardiyono termasuk vocal memperjuangkan aspirasi masyarakat yang diwakilinya yakni Kuantan Singingi dan Indragiri Hulu
Sebagai mantan aktivis mahasiswa yang ikut berjuang dalam pemekaran Kuantan Singingi, Sardiyono termasuk generasi yang total terjun di dunia politik. Selesai kuliah, ketika teman-teman seperjuangannya mencoba peruntungan jadi PNS, dia tetap terjun ke dunia politik.
Dan, sejak terjun ke dunia politik pilihannya tak pernah berubah yakni PPP. Dia tak berpaling ke partai lain atau jadi kutu loncat. Konsistensinya dalam berbuat, bersikap, dan berprinsip patutlah diacungkan jempol.
