
 
	
					TIM PMKM UNIVERSITAS NEGERI PADANG DAN GURU SDN 04 KAJAI KOTA PARIAMAN
PARIAMAN— Tim Pengabdian kepada Masyarakat Program Multidisiplin Kemitraan Masyarakat (PMKM) Universitas Negeri Padang (UNP) menyelenggarakan pelatihan “Peningkatan Kompetensi Pedagogi dan Profesional melalui Edutainment Berbasis Artificial Intelligence (AI)” bagi guru-guru SDN 04 Kajai, Kota Pariaman, pada Minggu, 12 Oktober 2025. Kegiatan yang berlangsung di kompleks SDN 04 Kajai ini memadukan pendampingan pedagogis dengan praktik langsung penggunaan beragam alat AI untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang menyenangkan.
Pelatihan dipimpin oleh Ketua Tim PMKM Atri Waldi, M.Pd dengan Tim: Dr. Septriyan Anugrah, S.Kom., M.Pd.T., Beni Aulia, S.Pd., M.Pd., Aulia Rahmi Utari, M.Pd., Rahma Wadina, S.Pd., Intan Mulia, S.Pd., Raika Nabila Zamri, S.Pd., dan Riesha Pratiwi. Agenda utama meliputi pengenalan konsep edutainment, praktik merancang lesson plan berbasis AI, pengembangan media ajar interaktif, asesmen formatif otomatis, hingga strategi manajemen kelas yang humanis dengan dukungan teknologi.

Ketua tim PMKM, Atri Waldi, M.Pd, menegaskan bahwa teknologi harus menguatkan misi pendidikan, bukan menggantikannya, “Inti dari edutainment adalah menghadirkan pengalaman belajar yang bermakna, gembira, dan inklusif. AI kami posisikan sebagai asisten pedagogis yang membantu guru merancang aktivitas kreatif, mempersonalisasi materi, dan memberi umpan balik cepat tanpa mengurangi sentuhan kemanusiaan dalam kelas,” ujarnya.
Dalam sesi teknis, peserta mempraktikkan pembuatan bank prompt untuk diferensiasi tugas, desain kuis otomatis, kurasi sumber belajar, produksi video mikro (microlearning), hingga penyusunan rubrik penilaian berbantuan AI. Dr. Septriyan Anugrah, S.Kom., M.Pd.T. menyampaikan bahwa kunci penggunaan AI yang bertanggung jawab adalah literasi, "Pahami cara kerja, potensi, dan keterbatasannya. Kami menekankan etika data, orisinalitas karya, serta prinsip ‘AI-assisted, teacher-led’ agar teknologi memperkuat profesionalisme guru", tandasnya.
Pada sisi desain pembelajaran, Aulia Rahmi Utari, M.Pd. menyoroti pentingnya mengaitkan teknologi dengan konteks lokal, “Edutainment bukan sekadar gim atau efek visual. Ia harus menaut pada budaya belajar siswa, konteks Pariaman, dan capaian kurikulum. Melaui AI, guru dapat menyiapkan variasi aktivitas—dari simulasi, proyek mini, hingga cerita bergambar—yang relevan dengan kehidupan anak,” jelasnya.
Kepala SDN 04 Kajai Suwita Lora, S.Pd., menyambut baik kolaborasi yang digagas oleh tim PMKM UNP, beliau menyampaikan bahwa belum pernah ada pelatihan AI di SDN 04 Kajai ini, “Guru-guru kami membutuhkan dukungan praktis dan terukur. Pelatihan ini memberi alat, contoh, dan ‘template’ yang langsung bisa dipakai di kelas. Kami berterima kasih kepada UNP yang hadir dengan solusi, bukan sekadar teori,” katanya.
Antusiasme peserta tampak sepanjang kegiatan. Afdal Rahendra, S.Pd., salah satu guru peserta, mengaku mendapatkan inovasi baru untuk menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa, “Selama ini saya menghabiskan banyak waktu menyiapkan materi. Setelah pelatihan, saya punya bank prompt, rancangan asesmen cepat, dan ide proyek edutainment yang bisa membuat siswa lebih aktif—dengan waktu persiapan yang lebih efisien,” tuturnya.

Di akhir kegiatan, tim PMKM memfasilitasi klinik pendampingan untuk memvalidasi RPP singkat, memeriksa indikator berpikir kritis/kolaboratif, serta menguji kelayakan media ajar yang dihasilkan peserta. Produk minimal yang ditargetkan dari tiap guru ialah: 1) lesson plan edutainment berbasis AI; 2) bank prompt diferensiasi; 3) microlearning satu menit; dan 4) skema asesmen formatif otomatis. Tim juga membentuk kanal komunikasi pascapelatihan untuk mentoring dan berbagi praktik baik.
Ketua PMKM Atri Waldi, M.Pd. menuturkan bahwa melalui program PMKM ini, UNP menegaskan komitmennya menjembatani kampus dan sekolah, menghadirkan pembaruan pembelajaran yang humanis, adaptif, dan siap menghadapi tantangan era digital—tanpa kehilangan kehangatan hubungan guru–murid sebagai jantung pendidikan.

"Dampak yang diharapkan pasca pelatihan ini meliputi peningkatan kompetensi pedagogik—khususnya dalam merancang aktivitas menyenangkan dan berpusat pada siswa—serta penguatan kompetensi profesional guru dalam memanfaatkan teknologi secara etis, efektif, dan berkelanjutan dimana kami menyiapkan rencana tindak lanjut tiga bulan, termasuk klinik portofolio, observasi sejawat, dan kurasi karya guru agar inovasi benar-benar hidup di ruang kelas,” tutupnya.