Ditulis oleh: Sahabat Jang Itam
Menarik untuk dikuliti nasib “pentolan” Ikatan Pemuda Mahasiswa Kuantan Singingi (IPMAKUSI) yang mungkin terlupakan. Semasa menjadi mahasiwa mereka ikut berjuang dalam pemekaran Kuantan Singingi.
Nah, ketika Kuantan Singingi yang mereka perjuangkan dulu jadi kabupaten ada yang mencoba peruntungan nasib ikut tes. Tapi nasib mereka tak seberuntung orang lain yang ikut tes sama mereka.
Malangnya lagi setelah 23 tahun Kuantan Singingi yang mereka perjuangkan dulu jadi kabupaten nasib mereka tetap saja “terlupakan.”
“Malang nian nasib pejuang tanpa SK itu.” Tapi itulah realiatasnya. Siapa saja mereka, baca tulisan ini secara bersambung…
Budi Pulau Dore Jadi Petani
Amirul Amri yang akrab disapa Budi Pulau Dore alias BP kini jadi pengusaha sawit. Waktu bergabung dengan Ipmakusi BP adalah “asisten pribadi” alias“ ajudan tak resmi” dari Philip dan Jang Itam. Tukang ketik proposal, tukang beli nasi bungkus sekaligus tukang bantu mengantarkan undangan.
Usai menamatkan kuliahnya di Universitas Riau (Unri), Pekanbaru tahun 2002, BP mencoba peruntungan di Kabupaten Kuantan Singingi yang dulu didukungnya. Dia pernah ikut tes. Sayang, dua kali ikut (2004 dan 2005), alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan Unri, Pekanbaru ini gagal.
“Philip sapaan akrab Apriadi mantan Ketua Ipmakusi pertama saja tidak lulus, apalagi saya,” ujar BP tersenyum getir.
Menurut BP, ia ikut tes hanya untuk menenangkan hati orang tua dan pacar yang sekarang jadi istrinya.“Orang tua di kampung itu kan hanya tau karojo (kerja) itu kalau anaknya jadi pegawai. Bapakain (berpakaian) saragam cukuplah, walaupun gaji kenek (kecil) sekali," tambah BP.
Pada tahun 2007 BP ikut Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di Pulau Dore, Pangian. Dia menang dengan perolehan suara 318 melawan 115. Namun pada tahun 2012, dia tak lagi ikut Pilkades. Akibat kepentingan sesaat pemilih saya membelot. “Sakitnya tu disini,” ujar BP sambil mengurut dadanya.
Seiring perjalanan waktu, BP mendapat rekom dari DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Riau membantu rekannya seperjuangannya di IPMAKUSI Musliadi anggota DPRD Kuantan Singingi. BP ditunjuk mendampingi Musliadi menjadi Sekretaris DPC PKB Kabupaten Kuantan Singingi.
Kendati menjadi sekretaris, BP tak mau ikut jadi calon legislatif (caleg). Sebab, dirinya hanya diamanahkan untuk mencari figur yang mampu mendulang suara bukan untuk menjadi caleg.
“PKB berhasil mengantarkan tiga wakilnya di DPRD Kuantan Singingi, satu diantaranya adalah adalah “Cimui” sapaan Musliadi,” ujarnya.
Akhirnya karena tidak sepaham dan sejalan dengan Cimui, BP mundur dari PKB. Kini dia memilih jadi petani sawit.
“Kebun saya memang tidak luas. Tapi cukup untuk makan,” ujar BP yang punya kebun sawit seluas 30 hektar tanpa bermaksud membanggakan diri. Kebun sawit BP  berada di kampung halamannya di Pangian. 
-----------------
Hamdan: Ajudan Tabrani
Diantara pentolan IPMAKUSI, Hamdan berusia paling muda alias paling bungsu. Hamdam yang berasal dari Inuman ini termasuk nekad, berani, dan percaya diri.
Ketika kawan-kawannya asyik belajar di bangku sekolah, tak jarang Hamdan bolos belajar. Hamdan “maniak” dengan demo. Itulah yang menyebabkan dirinya sering kena tegur oleh guru-guru di sekolahnya di STM (kini SMKN 2) Negeri Pekanbaru.
Drs. Yunasri Pembina OSIS di STM Pekanbaru kalah itu “pusing" melihat ulah Hamdan yang sering cabut. Yunasri yang dikenal dengan sebutan “wing” oleh siswa-siswanya selalu melihat Hamdan ikut demo di kantor DPRD Riau bersama senior-seniornya.
“Orang belajar, dia malah demo. Pulanglah, Hamdan,” begitu Yunasri yang juga salah seorang pejuang pemekaran Kuantan Singingi. Nama Yunasri tercatat dalam buku: “Sejarah Pembentukkan Kabupatan Kuantan Singingi."
Karena “getol” demo, Hamdan tak menyelesaikan sekolahnya di STM Pekanbaru jurusan mesin. Namun dia sudah ikut penyetaraan Paket C (setara SMA). Seiring perjalanan waktu berhenti dari STM, Hamdan yang dulu jadi “anak bawang” ketika demo, malah menjadi dalang demo itu sendiri.
Dia pernah mengorganisir demo di Lagoi, Batam, Kepri bersama kelompoknya. Hamdan juga pernah menjadi Caleg dari Partai Keadilan sebelum berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera.
Gagal, Hamdan lalu mencoba menjadi wartawan. Dia pernah menjadi wartawan Tabloid Azzam,Majalah PENA, dan media online lainnya.
Saat ini Hamdan yang dijuluki “bayi dalam ayunan” sudah hidup sejahtera. Bermodalkan ijasah paket C yang diperolehnya tahun 2007, Hamdan pernah menjadi “ajudan tak resmi Prof. Dr. Tabrani Rab. Pekerjaannya membantu segala keperluan Tabrani bersama asisten Tabrani lainya Munir dan Nora.
Melihat tidak tanda-tanda kehidupan, Hamdan Banting stir. Dia nekat menghadap Wali Kota Pekanbaru Firdaus minta pekerjaan. Sang wali kota memberikan pekerjaan di Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru kepadanya.
“Pekerjaan saya pertama tukang sapu,” katanya. Namun, si panjang akal ini, pekerjaan sebagai tukang sapu hanya loncatan bagi dirinya untuk terus belajar.
Selama bekerja jadi tukang sapu itulah, Hamdan belajar kursus komputer. Dasar otak encer, dia ditarik sebagai administrasi. Dari sinilah pengalamannya terus berkembang.
Terlihat ada peluang yang menjanjikan, Hamdan pindah haluan. Dari Dinas Pendidikan, dia pindah ke kantor BKKBN. Nasibnya di sini terus beruntung.
Ketika ada penerimaan pagawai P3K, dia ikut dan lulus. “Sekarang saya pegawai di kantor BKKBN. Kantor saya di Jl. Terubuk,” katanya tersenyum.
-----------------
Sandi: Dituduh Dalang Demo
Dedi Erisandi akrab disapa Sandi. Di IPMAKUSI, dia tergolong anak baru, degil, dan jago lobi. Kemampuannya menguasai pelbagai bahasa daerah seperti Bugis, Banjar, Jawa, Batak, Nias, Madura, Minang, dan Melayu membuat dirinya mudah bergaul dan diterima dimana saja.
Bahasa asingnya seperti Inggris dan Mandarin juga pasih. Ini yang membuatnya disayangi oleh kalangan pejabat waktu itu termasuk Gubernur Riau Saleh Djasit dan Bupati Indragirihulu Ruchiyat Saefuddin.
Sandi adalah mahasiswa mandiri. Dia membiayai sendiri kuliahnya hingga selesai. Jika mahasiswa lain menerima kiriman uang kuliah setiap bulan, dia malah sebaliknya. Terpaan hidupnya sangat beragam. Dia juga pernah diancam mau dibunuh ketika bergabung dengan Gamari yang sering melakukan aksi demo.
Selesai menamatkan kuliahnya di Jurusan Teknologi Hasil Perikanan Unri, Pekanbaru tahun 2003, pada tahun 2005 Sandi ikut tes di lingkungan Pemerintah Kuantan Singingi. Nasibnya juga sama dengan Budi Pulau Dore dan Philip. Gagal lagi… gagal lagi… dan gagal lagi.
Tahun 2007 Sandi merantau ke Indragiri hilir menjadi pendamping PNPM Mandiri. Usai dari Indragiri hilir itu pada 2009 Sandi pulang kampung dan menetap di Desa Beringin Taluk, Kecamatan Kuantan Tengah. Pertama dia bekerja sebagai marketing mitsubishi motor.
Waktu bekerja sebagai marketing itulah dia pernah datang ke kantor Bupati Kuantan Singingi untuk menawarkan produknya.“Saya menawarkan produk malah dituduh mau demo. Itu menjadi beban pikiranya sampai sekarang. Aneh memang. Tapi itulah realitasnya,” ujarnya tersenyum getir.
Sandi mengaku sedih yang menuduhnya dalang demo justru oknum yang dulunya tak mendukung pemekaran Kabupaten Kuantan Singingi. Kejamnya dunia persilatan itu.
Pada tahun 2019 Sandi ikut Partai Nasional Demokrat (Nasdem). Dia duduk dibidang Pengkaderan dan Saksi. Ikut jadi calon anggota Legislatif (caleg) Nomor Urut 7 di Daerah Pemilihan (Dapil) I Kabupaten Kuantan Singingi. Dapil I: Kecamatan Kuantan Tengah, Sentajo Raya dan Benai) disebut “Dapil neraka”.
Di Dapil ini Sandi berhadapan dengan duo-anak H. Sukarmis (mantan Bupati Kuantan Singingi): Andi Putra, S.H., M.H (Bupati terpilih Kuantan Singingi) dan Romi Alfiansyah, S.H. “Duo anak Pak Haji Sukarmis duduk, saya malah terjungkal,”ujar Sandi.
Pemilu 2019 Nasdem hanya mendapat “jatah” satu kursi di Dapil I itu yakni Ketua DPD Nasdem Kuantan Singingi Muslim, S.Sos., M.Si.
Sekarang Sandi memilih mundur dan berhenti di Partai Nasdem. “Kini ambo bonti di partai, ndak jole partai kini lai do,” ujar Sandi.
Sebelum bergabung dengan partai yang didirikan Surya Paloh itu, Sandi pernah menjadi Wakil Ketua Pemenangan Pemilu Partai Amanat Nasionol (PAN) Kabupaten Kuantan Singingi tahun 2013-2014.
Dia juga pernah “membawa” Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) ke Kuansing tahun 2007 bersama Idjlis Hadi (mantan Kepala STM – Kini SMK Negeri 1 Telukkuantan). Partai yang sebelumnya yakni Partai PNI Marhaen, ia “serahkan” ke Afrizal Mustafa yang lebih akrab disapa Jang Tapa.
Kini sandi memilih kerja swasta.”Tidak terikat,” katanya tersenyum. Alasan lain, “enjoy saja,” tambahnya.